Ancaman Besar Dari Penggunaan Lahan Tidak Sah TNBSS


Penggunaan lahan tidak sah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBSS), menyebabkan ancaman besar bagi keberlangsungan hidup satwa. Antara lain perubahan iklim, cuaca, atau perubahan suhu pada lingkungan.

  • Talkshow Kopi, Hutan dan Iklim di Prime Hotel Lampung, (15/12/19) Dok. Reza Fahrizal/Bagus.co

LAMPUNG, Bagus – Hal lain yang paling berpengaruh ialah perambahan hutan. Salah satu imbasnya menyasar keberlangsungan hidup satwa. Semakin sempitnya ruang lingkup mereka. 

Kepala Bidang Pengelolaan TNBBS Siti Muksidah membenarkan adanya perambahan lahan. Hal ini akan menjadi masalah besar. Jika tidak ditangani, akan memyebabkan ancaman bagi satwa. Sehingga harus ada kebijakan untuk mengatur hal tersebut, agar saling bersinergi.

"Konflik satwa pernah terjadi, karena adanya perambahan area lahan TNBBS, lain halnya dengan hama yang menjadi faktor lain yang dapat merusak tumbuhan di TNBSS," jelas Siti.

Kawasan TNBBS dibagi menjadi bebeberapa bagian, yaitu kawasan hutan lindung, hutan konservasi, kawasan pelestarian alam asli yang dikelola oleh kawasan TNBBS dan pemerintah setempat.

Kordinator Program Pelestarian Habitat Prioritas (BESTARI) Tarno mengatakan program BESTARI adalah program yang bekerjasama dengan pemerintah jerman lewat Bank Jerman. Mengaplikasikan dukungan lewat hutan tropis sebagai salah satu konservasi untuk habitat satwa.  Diimplementasikan melalui 3 program. Program ini bekerja sama dengan balai bukit barisan dan pemerintah daerah.

“Area yang diperuntukan untuk sistem perlindungan alam dijadikan untuk kepentingan pertanian," tuturnya.

Tarno menyebutkan ada tiga penyebab terjadinya perambahan hutan. Pertama, kesadaran masyarakat kurang akan pengetahuan konservasi. Sebagai wadah untuk melindungi para satwa didalamnya bukan dijadikan alih lahan untuk kepentingan pribadi. 

Kedua, belum optimal terkait pengelolaan proporsi yang dikelola kedepan. Ketiga, penegakan hukum harus diperkuat.

Program Bestari harus bekerjasama dengan mitra dan patner seperti jurnalis Lampung untuk mendapat memberikan perhatian lebih.

Dalam pengelolaan konservasi, TNBBS terbagi menjadi 17 resort pengelolaan dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) terbatas, dikeliling 238 desa. Sebagaimana data Konservasi TNBBS.

Kepala Dinas Perkebunaan dan Pertenakan Agustanto Basmar mengatakan kopi sebagai sumber pendapatan perekonomian yang harus dikelola denggan baik maka cita rasanya diatas. 

Skor uji citarasa 83,125 excellent dengan peringkat terbaik ke 10, sehingga kopi robusta sangat potensial dengan integrasi ternak.

Dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim dan cuaca serta tutupan lahan lingkungan membuat pendapatan petani rendah, petani cenderung meninggalkan kebun dan beralih ke potensi lain, petani terdorong membuka lahan baru di hutan kawasan lindung.