Penumpang AP II Turun, Transaksi Tiket Pesawat di Pegipegi Malah Naik

Layanan pemesanan tiket pesawat pegipegi mengalami peningkatan transaksi cukup drastis sepanjang tahun 2019. 
Layanan pemesanan tiket pesawat daring, pegipegi mengalami peningkatan transaksi cukup drastis sepanjang tahun 2019. Kondisi itu bertolak belakang dengan Angkasa Pura II yang kehilangan 21,5 juta penumpangnya di 16 bandara sepanjang tahun ini.

  • Pesawat yang parkir di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Muhammad/Bagus.co

JAKARTA, Bagus - Busyra Oryza, Corporate Communications Manager Pegipegi mengungkapkan data kenaikan transaksi pemesanan tiket pesawat itu sehari setelah dikonfirmasi Bagus.co.

Data tersebut diperlukan, untuk mengetahui sejauh mana dampak penurunan penumpang pesawat terbang sepanjang tahun 2019 terhadap layanan pemesanan tiket pesawat daring.


"Dari data internal, di tahun 2019 transaksi flight kami naik lebih dari 80% dibanding tahun 2018," ungkap Busyra kepada Bagus.co kemarin.

Namun Busyra tidak mengungkapkan secara detail berapa total jumlah penumpang yang memesan tiket pesawat di Pegipegi. Yang pasti, lanjut dia ada beberapa hal yang memicu kenaikan transaksi secara signifikan pada tahun ini.

Antara lain: promosi. "Hal ini dikarenakan strategi kami yang menghadirkan beragam promosi untuk lebih memudahkan akses masyarakat yang ingin melakukan traveling dari sisi transportasi hingga akomodasi," lanjutnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengaku 16 bandara yang dikelolanya kehilangan 18 persen penumpang sepanjang tahun ini, dibanding tahun 2018.

Dari 112 juta penumpang di tahun 2018, menjadi hanya 90,5 juta penumpang. Itu artinya, AP II kehilangan sekitar 21,5 juta penumpang sepanjang periode 2019.

Menyikapi hal itu, Ekonom Josua Pardede menilai ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi turunnya jumlah penumpang pesawat terbang sepanjang 2019.

Selain disebabkan oleh penyesuaian tarif tiket pesawat pada awal tahun ini, sebagian masyarakat, kata dia saat ini tengah berhemat. Mereka harus mengurangi perjalanan atau karya wisata untuk menutupi kebutuhan yang lebih penting, terutama pendidikan anak dan kesehatan.

"Apalagi tahun 2020, inflasi meningkat ya. Pendorongnya itu terutama cukai rokok. Dan juga iuran BPJS, ada juga potensi kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik)," sebut Josua.