Sepak Terjang 2 Kapolri, Tito dan Aziz Ungkap Pelaku Penyiraman Novel
Reputasi Kapolri Idham Azis semakin bersinar, setelah berhasil meringkus 2 tersangka pelaku penyiraman air keras ke wajah penyidik senior KPK Novel Baswedan. Bertolak belakang dengan Tito Karnavian yang kian meredup.
JAKARTA, Bagus.- Apresiasi terhadap kinerja Aziz mengalir dari berbagai kalangan. Tak terkecuali datang dari partai oposisi: PKS. Presiden PKS Sohibul Iman mengapresiasi keberhasilan Kapolri baru dalam mengungkap pelaku. Namun ia enggan berspekulasi terkait dugaan keterlibatan oknum jenderal di balik kasus tersebut.
"Saya minta ke Pak Kapolri Idham Azis, tolong (kasus) ini diproses dengan sebaiknya. Supaya masyarakat mendapatkan kepuasan, dapat haknya untuk melihat kasus ini tuntas," kata Sohibul di sela-sela acara Maulid Nabi di DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, kemarin.
Setelah memuji Idham, Bos PKS itu lalu menyentil Tito. Eks Kapolri yang kini menjabat sebagai Mendagri itu dinilai gagal mengungkap pelaku. "Dan kami apresiasi Pak Idham di mana dua tahun lebih Pak Tito tidak bisa menangkap pelaku. Sekarang beliau bisa," tambahnya.
Namun, Sohibul menekankan agar Kapolri Idham tidak tanggung-tanggung dalam menangani kasus ini. Jika berhasil diusut hingga ke akar sampai tuntas, ia memastikan apresiasi publik akan lebih besar dipetik oleh sang Kapolri nantinya.
"Nah, tentu ini jangan tanggung-tanggung kalau sekarang sudah ada pelaku yang ditangkap ini ditelusuri sampai ke akarnya. Nanti apresiasi kepada Pak Idham tentu akan jauh lebih besar kalau sampai ke akar," ucap Sohibul.
Atas kegagalan Tito itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam konferensi pers catatan akhir tahun 2019, bahkan menilai mantan Kapolri itu tak layak menjadi menteri dalam negeri alias Mendagri.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan Tito punya catatan buruk dalam menegakkan hukum. Salah satunya saat menangangi kasus penyiraman air keras yang menimpa pegiat antikorupsi Novel Baswedan
"Pak Tito Karnavian sebagai Mendagri, beliau kami ketahui sampai akhir masa jabatan belum juga menyelesaikan pekerjaan rumah terkait kasus Novel Baswedan," kritik Kurnia di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Minggu (29/12).
Seperti diketahui, di era Tito, Polri kesulitan menangkap pelaku atau dalang penyerangan terhadap Novel. Meskipun berbagai langkah dan upaya telah dilakukan.
Salah satunya dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Namun, hingga masa kerja tim itu berakhir, pelaku ketika itu tidak berhasil ditangkap.
Tim yang beranggotakan 65 orang itu diketuai oleh Hendardi. Terdiri dari praktisi yang menjadi tim pakar, internal KPK, serta unsur kepolisian yang mendominasi anggota tim. Mereka bekerja selama 6 bulan. Namun hasilnya, pelaku tidak ditemukan. Wakil Ketua KPK Laode M Syarif ketika itu, sempat mencurahkan kecewaannya.
Setelah TGPF gagal, Presiden Joko Widodo kemudian kembali menantang Tito untuk mengungkap kasus penyiraman Novel dengan target dalam waktu 3 bulan.
Namun hingga tenggat waktu yang diberikan Jokowi sejak 19 Juli itu berakhir, Tito juga gagal mengungkap kasus tersebut.
memberi target ke Kapolri terdahulu, Jenderal Pol Tito Karnavian, untuk mengungkap kasus Novel dalam tiga bulan.
Target itu diberikan Jokowi pada 19 Juli, setelah tim gabungan pencari fakta yang dibentuk Tito tetap gagal mengungkap kasus tersebut. Pelaku penyiraman air keras Novel itu tak kunjung ditangkap hingga masa jabatan Tito sebagai Kapolri berakhir, dan kemudian ditunjuk menjabat sebagai Mendagri.
Dua tersangka pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK itu baru berhasil diamankan pada Kamis malam (26/12) di kawasan Jalan Cimanggis Depok. Jawa Barat. Atau kurang dari 2 bulan setelah Idham Aziz menjabat sebagai Kapolri.
Kedua pelaku merupakan anggota polisi aktif. Mereka masing-masing berinisial RB dan RM. Namun, pihak kepolisian masih enggan mengungkap secara detil profil dari pelaku tersebut.
Setidaknya, pelaku mulai tersibak setelah 2 tahun lebih penantian. Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Ketika itu, Novel baru saja menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
|
JAKARTA, Bagus.- Apresiasi terhadap kinerja Aziz mengalir dari berbagai kalangan. Tak terkecuali datang dari partai oposisi: PKS. Presiden PKS Sohibul Iman mengapresiasi keberhasilan Kapolri baru dalam mengungkap pelaku. Namun ia enggan berspekulasi terkait dugaan keterlibatan oknum jenderal di balik kasus tersebut.
"Saya minta ke Pak Kapolri Idham Azis, tolong (kasus) ini diproses dengan sebaiknya. Supaya masyarakat mendapatkan kepuasan, dapat haknya untuk melihat kasus ini tuntas," kata Sohibul di sela-sela acara Maulid Nabi di DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, kemarin.
Setelah memuji Idham, Bos PKS itu lalu menyentil Tito. Eks Kapolri yang kini menjabat sebagai Mendagri itu dinilai gagal mengungkap pelaku. "Dan kami apresiasi Pak Idham di mana dua tahun lebih Pak Tito tidak bisa menangkap pelaku. Sekarang beliau bisa," tambahnya.
Namun, Sohibul menekankan agar Kapolri Idham tidak tanggung-tanggung dalam menangani kasus ini. Jika berhasil diusut hingga ke akar sampai tuntas, ia memastikan apresiasi publik akan lebih besar dipetik oleh sang Kapolri nantinya.
"Nah, tentu ini jangan tanggung-tanggung kalau sekarang sudah ada pelaku yang ditangkap ini ditelusuri sampai ke akarnya. Nanti apresiasi kepada Pak Idham tentu akan jauh lebih besar kalau sampai ke akar," ucap Sohibul.
Atas kegagalan Tito itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam konferensi pers catatan akhir tahun 2019, bahkan menilai mantan Kapolri itu tak layak menjadi menteri dalam negeri alias Mendagri.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan Tito punya catatan buruk dalam menegakkan hukum. Salah satunya saat menangangi kasus penyiraman air keras yang menimpa pegiat antikorupsi Novel Baswedan
"Pak Tito Karnavian sebagai Mendagri, beliau kami ketahui sampai akhir masa jabatan belum juga menyelesaikan pekerjaan rumah terkait kasus Novel Baswedan," kritik Kurnia di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Minggu (29/12).
Seperti diketahui, di era Tito, Polri kesulitan menangkap pelaku atau dalang penyerangan terhadap Novel. Meskipun berbagai langkah dan upaya telah dilakukan.
Salah satunya dengan membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Namun, hingga masa kerja tim itu berakhir, pelaku ketika itu tidak berhasil ditangkap.
Tim yang beranggotakan 65 orang itu diketuai oleh Hendardi. Terdiri dari praktisi yang menjadi tim pakar, internal KPK, serta unsur kepolisian yang mendominasi anggota tim. Mereka bekerja selama 6 bulan. Namun hasilnya, pelaku tidak ditemukan. Wakil Ketua KPK Laode M Syarif ketika itu, sempat mencurahkan kecewaannya.
Setelah TGPF gagal, Presiden Joko Widodo kemudian kembali menantang Tito untuk mengungkap kasus penyiraman Novel dengan target dalam waktu 3 bulan.
Namun hingga tenggat waktu yang diberikan Jokowi sejak 19 Juli itu berakhir, Tito juga gagal mengungkap kasus tersebut.
memberi target ke Kapolri terdahulu, Jenderal Pol Tito Karnavian, untuk mengungkap kasus Novel dalam tiga bulan.
Target itu diberikan Jokowi pada 19 Juli, setelah tim gabungan pencari fakta yang dibentuk Tito tetap gagal mengungkap kasus tersebut. Pelaku penyiraman air keras Novel itu tak kunjung ditangkap hingga masa jabatan Tito sebagai Kapolri berakhir, dan kemudian ditunjuk menjabat sebagai Mendagri.
Dua tersangka pelaku penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK itu baru berhasil diamankan pada Kamis malam (26/12) di kawasan Jalan Cimanggis Depok. Jawa Barat. Atau kurang dari 2 bulan setelah Idham Aziz menjabat sebagai Kapolri.
Kedua pelaku merupakan anggota polisi aktif. Mereka masing-masing berinisial RB dan RM. Namun, pihak kepolisian masih enggan mengungkap secara detil profil dari pelaku tersebut.
Setidaknya, pelaku mulai tersibak setelah 2 tahun lebih penantian. Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 lalu. Ketika itu, Novel baru saja menunaikan shalat subuh di Masjid Al Ihsan, dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.