Pamer Data Ekspor Lobster Naik Di Eranya, Susi Dihadapkan Data Produksi Budidaya Lobster Turun
Dari data tersebut, tampak bahwa produksi lobster Indonesia turun drastis sejak 2013. Dari 53,4 persen, mengalahkan Vietnam, menjadi hanya 9,8 persen di tahun 2016. Sebaliknya Vietnam, secara konsisten produksi lobster budidaya meningkat hingga 85,3 persen.
Susi menunjukkan data, bahwa peningkatan ekspor lobster Indonesia di era kepemimpinannya setiap tahun melonjak. Tapi data lainnya, produksi budidaya lobster justru turun drastis.
JAKARTA, Bagus - Perbincangan di jagat maya terhadap wacana Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo mengekspor lobster masih ramai. Mantan Menteri KKP Susi kali ini pamer data.
Lewat akun twitter @susipudjiastuti, Bos Susi Air ini mengunggah grafik perkembangan nilai ekspor lobster Indonesia dan Vietnam pasca penerapan Permen KP 56/2016. Dari grafik tersebut tampak bahwa ekspor lobster Vietnam drastis menurun. Sementara ekspor lobster Indonesia meningkat.
"Grafik ini menunjukan apa yg terjadi pada angka ekspor Lobster Indonesia dan Vietnam setelah bibit lobster dilarang ekspor/ diperdagangkan," cuit Susi di akun Twitternya.
Sebut saja tahun 2015, Vietnam mencatatkan ekspor losbter sebesar $11,35 juta. Sementara, tahun 2018, Vietnam hanya mampu mengekspor $ 4,24 juta.
Sebaliknya Indonesia, tahun 2015 mengekspor 7,09 juta dollar AS. Hebatnya, dua tahun terakhir lonjakan sangat tinggi, yaitu 2016 14,84 juta ekspor. Tahun 2017 Indonesia mengirim lobster 17,31 juta dollar AS, berikutnya naik menjadi 28,45 juta dollar AS di 2018.
Data yang dipamer Susi itu kemudian mendapat pujian Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Riza Damanik. Namun, data kasar yang dipaparkan Susi itu, menurutnya belum cukup untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
"Sumber ekspor lobster ada 2: BUDIDAYA dan tangkap. Berpuluh-puluh tahun kita sudah melakukan penangkapan lobster di alam. Tanpa berinovasi dengan BUDIDAYA, pastilah penangkapan lobster di alam tidak akan berkelanjutan #saveourocean #savelobster," cuit Riza di akun Twitternya @riza_damanik.
Akan aneh, lanjut Riza, jika ada orang menyebut dirinya penyelamat lingkungan, tapi tidak berusaha mengembangkan sektor budidaya lobster. Banyak negara dewasa ini, kata dia, mengarusutamakan budidaya sebagai solusi masa depan pangan protein warga dunia. Tidak lagi hanya perikanan tangkap.
"Jika dibaca general, data lobster yang disampaikan Ibu @susipudjiastuti boleh juga. Tetapi tidak lengkap. Mulailah memilah lobster tangkap dan lobster BUDIDAYA. Setelah 2015 BUDIDAYA lobster di Tanah Air nyaris ambruk," lanjut Riza, lalu mengunggah tabel share produksi lobster budidaya antara Indonesia dengan Vietnam.
Dari data tersebut, tampak bahwa produksi lobster Indonesia turun drastis sejak 2013. Dari 53,4 persen, mengalahkan Vietnam, menjadi hanya 9,8 persen di tahun 2016. Sebaliknya Vietnam, secara konsisten produksi lobster budidaya meningkat hingga 85,3 persen.
Karena itu, Riza menyarankan agar polemik soal lobster ini disudahi. Lebih baik, energi kedua belah pihak, baik Susi maupun Edhy difokuskan untuk menggairahkan budidaya lobster tanah air yang runtuh beberapa tahun terakhir.
"Kuncinya, kita hrs evaluasi kebijakan pelarangan pengambilan benih lobster u/ BUDIDAYA rakyat di Tanah Air. Sebagaimana pesan Presiden @jokowi terkait polemik lobster: keseimbangan itu penting, negara mendapat manfaat, nelayan mendapat manfaat, lingkungan tdk rusak," pungkas mantan asisten koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo itu. (*)
|
Lewat akun twitter @susipudjiastuti, Bos Susi Air ini mengunggah grafik perkembangan nilai ekspor lobster Indonesia dan Vietnam pasca penerapan Permen KP 56/2016. Dari grafik tersebut tampak bahwa ekspor lobster Vietnam drastis menurun. Sementara ekspor lobster Indonesia meningkat.
"Grafik ini menunjukan apa yg terjadi pada angka ekspor Lobster Indonesia dan Vietnam setelah bibit lobster dilarang ekspor/ diperdagangkan," cuit Susi di akun Twitternya.
Sebut saja tahun 2015, Vietnam mencatatkan ekspor losbter sebesar $11,35 juta. Sementara, tahun 2018, Vietnam hanya mampu mengekspor $ 4,24 juta.
Sebaliknya Indonesia, tahun 2015 mengekspor 7,09 juta dollar AS. Hebatnya, dua tahun terakhir lonjakan sangat tinggi, yaitu 2016 14,84 juta ekspor. Tahun 2017 Indonesia mengirim lobster 17,31 juta dollar AS, berikutnya naik menjadi 28,45 juta dollar AS di 2018.
Data yang dipamer Susi itu kemudian mendapat pujian Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Riza Damanik. Namun, data kasar yang dipaparkan Susi itu, menurutnya belum cukup untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
"Sumber ekspor lobster ada 2: BUDIDAYA dan tangkap. Berpuluh-puluh tahun kita sudah melakukan penangkapan lobster di alam. Tanpa berinovasi dengan BUDIDAYA, pastilah penangkapan lobster di alam tidak akan berkelanjutan #saveourocean #savelobster," cuit Riza di akun Twitternya @riza_damanik.
Akan aneh, lanjut Riza, jika ada orang menyebut dirinya penyelamat lingkungan, tapi tidak berusaha mengembangkan sektor budidaya lobster. Banyak negara dewasa ini, kata dia, mengarusutamakan budidaya sebagai solusi masa depan pangan protein warga dunia. Tidak lagi hanya perikanan tangkap.
"Jika dibaca general, data lobster yang disampaikan Ibu @susipudjiastuti boleh juga. Tetapi tidak lengkap. Mulailah memilah lobster tangkap dan lobster BUDIDAYA. Setelah 2015 BUDIDAYA lobster di Tanah Air nyaris ambruk," lanjut Riza, lalu mengunggah tabel share produksi lobster budidaya antara Indonesia dengan Vietnam.
|
Karena itu, Riza menyarankan agar polemik soal lobster ini disudahi. Lebih baik, energi kedua belah pihak, baik Susi maupun Edhy difokuskan untuk menggairahkan budidaya lobster tanah air yang runtuh beberapa tahun terakhir.
"Kuncinya, kita hrs evaluasi kebijakan pelarangan pengambilan benih lobster u/ BUDIDAYA rakyat di Tanah Air. Sebagaimana pesan Presiden @jokowi terkait polemik lobster: keseimbangan itu penting, negara mendapat manfaat, nelayan mendapat manfaat, lingkungan tdk rusak," pungkas mantan asisten koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo itu. (*)