Target Kilang Minyak Rampung 3 Tahun, Jokowi: Devisa Hemat Rp56 Triliun

Pembangunan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) selesai selama 3 tahun, dapat selesaikan masalah defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia.

DOK. Twitter @RizmaWidiono

JAKARTA, Bagus - Presiden Joko Widodo menargetkan pembangunan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), tidak lebih dari tiga tahun.

Presiden meminta agar penyelesaian pembangunan kilang minyak bisa dilakukan dengan kerjasama untuk mempercepat pembangunan.

"Keputusan harus diputuskan segera terhadap pilihan yang tepat. Untuk itu, saya minta di bulan Januari sudah ada kesiapan mengenai hal tersebut, karena sudah lama saya menunggu, selama  5 tahun," kata Jokowi, Sabtu (21/12).

Jokowi meninjau kilang TPPI, yang merupakan kawasan untuk dikembangkan menjadi industri petrokimia nasional. Kawasan ini akan menghasilkan beragam produk petrokimia dan produk Bahan Bakar Minyak (BBM).

Jokowi menjelaskan bahwa Trans Pacific Petrochemical Indotama merupakan salah satu kilang yang terbesar di Indonesia, yang dapat menghasilkan produk aromatik, baik para-xylene, ortho-xylene, bensin, toluene, heavy aromatic, BBM, premium, pertamax, elpiji, solar, dan kerosene. "Ini bisa semuanya digunakan," tutur Jokowi.

Kilang TPPI dibangun dalam dua dekade yang lalu. Kemudian terhambat karena berbagai masalah yang melilitnya. Kemudian TPPI diakuisisi oleh PT Pertamina (Persero), untuk membangun TPPI menjadi pabrik petrokimia terpadu.

Jokowi bilang, TPPI memiliki potensi yang bisa menghemat devisa hingga 4,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp56 triliun, jika telah berproduksi secara penuh.

"jika produksi sudah maksimal bisa menghemat devisa 4,9 miliar dolar AS, sangat membantu sekali untuk negara, kurang lebih 56 triliun. Jikalau kita bisa mengembangkan sendiri, mengapa harus melakukan impor, untuk itu kita harus melakukannya," sebutnya.

Proyek ini diharapkan dapat berproduksi maksimal. Supaya dapat membantu menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia.

"Sehingga yang namanya current account deficit, neraca dapat menjadi lebih baik. Jika bisa berproduksi dengan maksimal,  jadi masalah di negara ini satu persatu akan terselesaikan," jelasnya.