Corona Di Indonesia, Mantan Kepala BIN: Mengerikan!

Meskipun usianya sudah menginjak 75 tahun, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso masih tak mau diam. Dia ingin terus berkeringat.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso. Foto: IG

    "Masih prima aku... he-he-he," kelakar Bang Yos, sapaan karibnya di ujung telepon ketika dikontak pada Jum'at (10/7) lalu.

    Kegiatannya macam-macam. Namun, selama pandemi, aktivitas dibatasi tidak jauh-jauh dari rumah. 

    Kayaknya, masih sibuk banget bang?
    Enggak... 

    Ngapain aja selama ini?
    Kalau saya itu, apalagi lagi pandemi kayak begini ya, fokus jaga kesehatan saja. Saya sekarang punya waktu yang cukup olahraga. 

    Walaupun olahraga kegemaran saya, mau main golf masih mikir. Ya sudah 3 bulan terakhir ini saya enggak pernah main. Aku juga masih menghindarlah ketemu orang-orang.

    Pengganti golf apa sekarang bang?
    Sekarang, berenang paling-paling. Kadang-kadang treadmill. Saya juga angkat beban. Yang ringan-ringan lah. Saya kan gak mau jadi Ade Ray... He-he-he. Kadang-kadang juga ngelilingin kebun di rumah. Bolak-balik. 

    • Bang Yos ketika mengenakan salah satu pakaian adat Persean, di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Foto: IG

    Bertani juga?
    Iya, selingannya itu bertani. Khusus sayur-sayuran saja saya tanam. Untuk konsumsi sendiri. Saya bikin greenhouse.

    Itu kan makanan sehat. Pupuknya juga pupuk organik. Tanam kangkung saya, tanam kacang, dulu ada timun, ada pare...he-he-he.

    Sudah panen belum nih?
    Udah panen, nanti udah habis tanam lagi yang baru. Ternak ikan juga di kolam belakang rumah.

    Kita membatasi keluar rumah, jadi makan ikan lele pakai sayur sendiri... He-he-he. Sudah ada segala macam lah.

    Enggak bosan bang, di rumah aja?
    Ya, memang membosankan. Kita berusaha membunuh waktu kita itu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dengan tetap menjaga kesehatan. Tapi keluar juga masih enggak tahu mana yang sehat mana yang tidak. 

    Yang penting protokol kesehatan itu kita usahakan, menghindar orang untuk ketemu jarak dekat, pakai masker dimana-mana.

    Di rumah?
    Di rumah juga tak suruh semua, pembantu tukang kebun harus pakai terus.

    Sejauh ini, kondisi kesehatan gimana nih sekarang?
    Masih prima aku... he-he-he. Mudah-mudahan bisa saya pertahankan terus. Mau apalagi kan...

    Enggak mikirin bangsa dan negara lagi bang?
    Saya mengabdi di negara ini sudah 41 tahun kan. Di militer 30 tahun, di pemerintahan Gubernur 10 tahun, di intelijen 1 tahun. 41 tahun.

    Tetap donk, lihat-lihat?
    Iya, sambil mengamati terus dari luar.

    Nah, kalau dari luar, melihat kinerja pemerintah di tengah pandemi saat ini, ada masukan penting gak bang?
    Ya kan saya rasa dengan perkembangan terakhir ini, bagaimana meningkatnya orang terpapar Covid-19 ini sangat drastis itu kan naiknya. Dalam sehari itu bisa baik 2.600, saya kira cukup mengerikan. 

    Saya rasa perlu dievaluasi kembali New Normal itu, dengan fakta meningkatnya itu setiap hari.

    Dievaluasi bagaimana maksudnya bang?
    Ya memang kan kita paham, masalah ini gak mudah dan dilematis. Orang di-lockdown 100 persen enggak mungkin juga ya. Kecuali kita punya uang yang cukup, untuk menghidupi mereka, gitu lho. Ini uang kita terbatas.

    Tapi, enggak melakukan itu, ekonomi kita juga lumpuh, kita kendorkan nyatanya kayak gitu kan. Penyebarannya begitu cepat. Karena ya memang kita penduduknya banyak. Penularannya tentu akan lebih mudah.

    Apa yang salah dari New Normal ini?
    Kalau kita lihat perkembangannya, di dalam praktek New Normal itu kan, masyarakat; oh ini normal, gitu loh. New itu dia gak ngerti apa. Ngertinya normal aja, jadi kayak kembali ke hidup biasa itu kan.

    Sekarang aja rame, macet kayak gini mau pulang dari tadi belum sampai rumah. Saya pulang malam-malam gini biar sepi, tapi tetap saja. Sambil lihat-lihat di luar, orang berdekatan, banyak gak pakai masker. Ya memang mengerikan lah. 

    Tapi memang sekali lagi, menurut pendapat saya perlu dievaluasi kembali New Normal itu.

    Tapi pemerintah gak punya cukup uang juga untuk membiayai hidup masyarakat agar tetap di rumah?

    Dilematisnya memang di situ. Karenanya dicari jalan tengah. Sekarang, orang New Normal itu kan kayak belum corona aja. Ya sektor-sektor tertentu mungkin perlu dihidupin, masyarakat di bawah lah. Yang di atas, saya sangat meyakini masih bisa survive lah.

    Tetapi, bahwa itu memang harus selektif dan hitung secara cermat. Uang yang kita miliki harus benar-benar ke mereka yang perlu ditolong dan perlu dihidupin.

    Tapi, dia harus bisa memberikan balasan dengan cara stay at home itu. Sambil kita evaluasi kembali nanti, berapa lama penyebarannya, menurun gak grafiknya. Kalau sekarang kan naik terus. Dari ratusan, ke seribuan, sekarang sudah ada 2 ribu sekian kan. Artinya kan benar-benar kita harus waspada.

    • Sutiyoso pensiun dari TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Foto: Instagram

    Melihat fungsi intelijen dalam hal penanganan corona saat ini, ada saran gak bang?
    Yang pertama, BIN itu memang bisa masuk ke semua sektor ya. Kehidupan berbangsa, bernegara ini pada saat mengalami gangguan, kita disuruh terlibat.

    Kayak saya misalnya dulu menurunkan GAM dengan damai. Karena itu perlu dilakukan pendekatan. Saya waktu terjadi defisit di BPJS saya pernah memberikan saran-saran jalan keluarnya bagaimana.

    Kalau sekarang ini masuk dalam penanganan Covid-19, saya rasa memang sudah seharusnya. Ini lagi jadi masalah besar negara. Saya kira, titik beratnya dalam melakukan test, rapid test. Supaya kita tahu betul siapa sehat siapa tidak.

    Kalau kita tidak tahu sekitar kita sehat apa tidak ya nekat aja jadinya kan. Artinya memang yang ketahuan dia positif harus segera dirawat dan dipisahkan dengan kita.

    Selama purna-tugas, tidurnya sekarang jam berapa bang?
    Biasanya aku nonton tv dulu lah. Supaya ngantuk. Saya biasanya tidur jam 11. Tapi aku suka bangun pagi banget. Bisa jam 4 menjelang shalat shubuh sampai shalat saya gak bisa tidur lagi.

    Berarti waktu menjabat, lebih telat lagi donk tidurnya?
    Oh iya... He-he-he... Itu lebih kurang lagi aku. Saya jam 12 baru sampai rumah. Ada hikmahnya juga, sekarang selama tidak lagi menjabat punya kesempatan banyak untuk maintenance kesehatan.

    Oh iya, waktu masih di kabinet, pernah lihat pak Jokowi marah-marah gak bang?
    Saya kan hanya setahun saja di kabinet. Sepanjang sepengetahuan saya sih, gak pernah kayak yang sekarang ini. Belum pernah aku melihat dia marah-marah kayak yang kemarin.