Biden Menang, Arya: Politik Luar Negeri AS Berubah

Joe Biden sudah dapat dipastikan menang di hajatan Pilpres Amerika Serikat 2020. Terpilih sebagai Presiden, politikus Partai Demokrat itu diprediksi akan mengubah arah politik luar negeri.


Joe Biden. Ilustrasi: Times ID

    JAKARTA - Pengamat politik internasional, Arya Sandhiyudha mengatakan Amerika Serikat era Joe Biden akan kembali internasionalis. Tidak lagi isolasionis, sebagaimana ketika dipimpin Donald Trump.

    Peraih Doktor Bidang Hubungan Internasional dari İstanbul University, Turki itu memproyeksikan AS akan kembali berkomitmen dengan beberapa perjanjian internasional.

    "Lebih aktif berperan di Asia Pasifik dan Timur Tengah, lebih konsisten dalam pola, dibandingkan Trump yang banyak menarik diri dan pendekatannya cenderung tidak menentu," kata Arya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Ahad (8/11) dini hari.

    Arya menyebutkan Biden akan punya pendekatan baru terhadap Tiongkok. Eks Wakil Presiden era Barack Obama itu diyakini bakal membuka kembali persoalan kamp konsentrasi Muslim Uighur di Xinjiang, selain melanjutkan perang tarif dengan modifikasi tertentu.

    "Biden juga akan mempermasalahkan demokrasi Hong Kong," sambungnya.

    Kemauan Biden, juga akan lebih mudah dimengerti. Jika Tiongkok menginginkan stabilitas kawasan, Presidem baru AS itu tidak terlalu rumit untuk memahaminya.

    "Tetapi ini bukan jaminan Biden akan menggunakan pendekatan yang lunak (soft approach) apabila Tiongkok sebagai pesaing strategis di kawasan dianggap sudah melampaui ambang batas agresifitas di Laut Tiongkok Selatan," terang peraih gelar Master bidang Studi Strategis dari S.Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapura itu.

    Diketahui, ketika dipimpim Trump, Tiongkok begitu meningkat kepercayaan dirinya pada klaim sejarah Laut China Selatan.

    Reputasi kepemimpinan demokrasi global AS, nilai Arya agak pudar dengan kejenakaan Trump. Kendati demikian, ada capaian Trump yang patut di apresiasi di tengah ketegangan 2 negara adidaya saat ini. Ia sukses menahan AS untuk tidak berperang atau menginvasi.

    Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) ini melihat perubahan pendekatan AS terhadap China ini yang akan berdampak pada Indonesia.

    "Sebab, Indonesia akan dilirik sebagai pemimpin tradisional Asia Tenggara yang akan menentukan kompetisi Amerika Serikat dengan China dan arah transisi hegemonik di kawasan Asia Pasifik," imbuhnya.

    Pada 2016, ketika Trump memenangkan kursi kepresidenan, ia menyerukan "America First". Ia juga dengan cepat menarik AS dari beberapa perjanjian internasional.

    Terpilihnya Biden sebagai Presiden, diyakini akan mengembalikan komitmen AS pada kerjasama internasional. Arya menyebutnya dengan istilah internasionalisme Biden akan menggantikan isolasionisme Trump.

    "Misalnya dalam isu NATO, Biden akan kembali menjadikannya organisasi kemitraan internasional sangat penting. Reorientasi Timur Tengah akan terjadi, termasuk terhadap Turki," tuturnya.

    Arya mencatat, Trump cenderung menjauh dari beberapa upaya internasional dan beberapa organisasi. Seperti menarik AS dari Perjanjian Paris tentang iklim, juga menarik AS keluar dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership, atau TPP.

    Ia juga memotong dukungan keuangan untuk Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Biden diprediksi bakal mengambil langkah yang nertolak belakang. Ia akan kembali mendukung WHO dan berusaha memimpin upaya global menghadapi Pandemi COVİD-19.

    "Bagi Indonesia, kita menantikan kehangatan Obama yang punya memori kecil dengan Indonesia hadir lagi di era Biden", pungkas Arya.