Darmizal Menangis, Herzaky: Ini Bukan Sinetron Korea

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra tidak simpati dengan tangisan Darmizal, tokoh senior Partai Demokrat kubu Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara.


USAP KEPALA - Salah satu inisiator Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara mengusap kepalanya ketika menangis dalam konferensi pers di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (9/3). Foto: Capture video di kanal YouTube voidotid

    JAKARTA - Herzaky justru menyentil Darmizal agar jangan bawa perasaan atau baper. "Bukan sinetron Korea ini. Jangan buat drama," sentilnya dalam keterangan tertulis Rabu (10/3).

    Ia juga mencibir Darmizal yang menurutnya seakan-akan paling punya jasa dan peduli terhadap partai. Sebab, ketika pihaknya butuh bantuan di Pemilu Legislatif tahub 2019, ketika survei Partai Demokrat lagi jatuh-jatuhnya, yakni sekitar 3-4 persen, hingga ancaman gagal electoral threshold, Darmizal, sebut Herzaky malah kabur menjadi Relawan Jokowi.

    "Begini sikap seorang kader setia dan militan? Kalau sudah berkhianat sebelumnya, tak heran kalau kemudian berkhianat lagi," jewernya lagi.

    Herzaky tidak yakin ada kader Demokrat yang curhat ke Darmizal. Sebab, dari dulu Darmizal bukan siapa-siapa di partai berlogo Mercy ini. 

    "Apalagi ngaku-ngaku berjasa dorong Pak SBY jadi Ketum Demokrat. Kader-kader senior yang tahu tindak-tanduk Darmizal di jaman dulu, hanya bisa geleng-geleng dan mengelus dada saja dengar bualan Darmizal," imbunya.

    Ia meminta sosok yang kini dekat dengan Moeldoko itu tidak mengada-ada soal aturan setoran DPD dan DPC. "DPP di bawah AHY tidak pernah mengeluarkan aturan setoran DPD-DPC. Itulah nyanyian sumbang mantan kader yang sudah dipecat," serangnya lagi.

    Yang ada, sambung Herzaky, AHY justru mengembangkan semangat solidaritas sosial, agar para kader di berbagai tingkatan secara swadaya membantu masyarakat terdampak pandemi dan bencana.

    "Memang mantan-mantan kader yang hidup di era feodal, biasanya kalau melakukan apa2, mesti dikasih sesuatu dulu baru bergerak. Pola yang sama bisa kita lihat di kegiatan politik dagelan yang mereka buat di Deli Serdang. Makanya pada buat fitnah terus terhadap kepemimpinan AHY," pungkasnya.

    Sebelumnya, Darmizal menangis lantaran usahanya tak dihargai, ketika berupaya mengumpulkan para Ketua DPD dan DPC untuk memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum Demokrat pada 2015 silam.

    "Hari ini, saya kepada seluruh DPD, seluruh DPC minta maaf," kata Darmizal, dengan suara terbata-bata dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (9/10). "Saya tidak tahu kalau akan lahir rezim diktator ini," sambungnya, tersedu-sedu.