Modal Lahan Bisa Punya SPBU, HIPMI Tebar "Racun" Nih
Pandemi Covid-19 ternyata tak bikin bisnis retail Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sepi. Justru, British Petroleum (bp) makin ngegas bikin SPBU di Indonesia.
Zoominar yang digelar BPP HIPMI dengan British Petroleum (BP) membahas peluang bisnis SPBU, Kamis (8/4). |
Salah satu pembicara, yakni Head of Undergraduate Program in PPM School of Management Aprihatiningrum Hidayati mengatakan bisnis SPBU masih gurih di tengah pandemi. Sebab, dalam sebuah riset disebutkan ada kecenderungan minat masyarakat menggunakan transportasi umum menurun. Karena khawatir tertular Virus Corona.
"Pemanfaatan mobil pribadi meningkat ketika pandemi. Biar lebih aman (dari Virus Corona)," kata Apri. Kondisi itu, menurutnya otomatis membuat kebutuhan akan bahan bakar meningkat.
Selain peluangnya masih menjanjikan, Ketua Kompartemen Industri Gas Bumi dan Perminyakan Bidang 3 BPP HIPMI Ainun Rochani menilai usaha bikin SPBU itu lebih dari sekedar bisnis. Tapi juga bisa ikut berperan menjaga ketahanan energi sebuah negara. Namun, sejauh ini masih banyak daerah yang belum bisa diakses SPBU. "Antara lain karena kendala infrastruktur," sebutnya.
Infrastruktur yang kurang memadai, sambung Ainun menyulitkan proses distribusi bahan bakar. Seperti, akses jalan atau jembatan yang tidak bisa dilewati oleh mobil tangki minyak dengan bobot berat tertentu.
Nah, ngebetnya BP yakni perusahaan minyak yang berbasis di London itu untuk ekspansi di Indonesia diungkap oleh Head of Network Planning & Acquisition BP AKR Benny Oktaviano. Menurutnya, market di Indonesia cukup besar. Bahkan untuk ukuran Jabodetabek saja, masih lebih besar dari Malaysia, Filiphina dan Thailand.
Karena itu, perusahaan punya target untuk bikin 350 SPBU hingga tahun 2030. Untuk tahun ini saja, ada 35 SPBU yang akan berdiri di beberapa daerah di Indonesia.
SPBU ini, selain dibangun 100 persen oleh BP, juga ada yang melalui skema kemitraan. "Kita sudah ada beberapa yang jalan dengan mitra kita di Jawa Timur, di Jakarta juga," sebut Benny.
Menariknya, tidak seperti bisnis waralaba lainnya, BP tidak membebani mitranya biaya gabung, atau Joining Fee. Termasuk tidak pula memungut biaya tahunan atau annual fee. Modal utama yang harus disiapkan calon juragan SPBU bp adalah lahan. Jika punya lahan di lokasi yang dianggap layak untuk dibangun SPBU, ia mempersilahkan calon mitra untuk mengajukan ke pihaknya.
"Nanti kita beri perencanaan, kita akan bantu feasibility study, kita akan berikan rekomendasi," sambungnya.
Benny melanjutkan, ukuran lahan tidak harus besar, sebagaimana SPBU reguler. Karena pihaknya juga punya konsep kemitraan SPBU Compact hingga SPBU Mikro di lahan terbatas, dengan konsep SPBU kontainer.
"Pemanfaatan mobil pribadi meningkat ketika pandemi. Biar lebih aman (dari Virus Corona)," kata Apri. Kondisi itu, menurutnya otomatis membuat kebutuhan akan bahan bakar meningkat.
Selain peluangnya masih menjanjikan, Ketua Kompartemen Industri Gas Bumi dan Perminyakan Bidang 3 BPP HIPMI Ainun Rochani menilai usaha bikin SPBU itu lebih dari sekedar bisnis. Tapi juga bisa ikut berperan menjaga ketahanan energi sebuah negara. Namun, sejauh ini masih banyak daerah yang belum bisa diakses SPBU. "Antara lain karena kendala infrastruktur," sebutnya.
Infrastruktur yang kurang memadai, sambung Ainun menyulitkan proses distribusi bahan bakar. Seperti, akses jalan atau jembatan yang tidak bisa dilewati oleh mobil tangki minyak dengan bobot berat tertentu.
Nah, ngebetnya BP yakni perusahaan minyak yang berbasis di London itu untuk ekspansi di Indonesia diungkap oleh Head of Network Planning & Acquisition BP AKR Benny Oktaviano. Menurutnya, market di Indonesia cukup besar. Bahkan untuk ukuran Jabodetabek saja, masih lebih besar dari Malaysia, Filiphina dan Thailand.
Karena itu, perusahaan punya target untuk bikin 350 SPBU hingga tahun 2030. Untuk tahun ini saja, ada 35 SPBU yang akan berdiri di beberapa daerah di Indonesia.
SPBU ini, selain dibangun 100 persen oleh BP, juga ada yang melalui skema kemitraan. "Kita sudah ada beberapa yang jalan dengan mitra kita di Jawa Timur, di Jakarta juga," sebut Benny.
Menariknya, tidak seperti bisnis waralaba lainnya, BP tidak membebani mitranya biaya gabung, atau Joining Fee. Termasuk tidak pula memungut biaya tahunan atau annual fee. Modal utama yang harus disiapkan calon juragan SPBU bp adalah lahan. Jika punya lahan di lokasi yang dianggap layak untuk dibangun SPBU, ia mempersilahkan calon mitra untuk mengajukan ke pihaknya.
"Nanti kita beri perencanaan, kita akan bantu feasibility study, kita akan berikan rekomendasi," sambungnya.
Benny melanjutkan, ukuran lahan tidak harus besar, sebagaimana SPBU reguler. Karena pihaknya juga punya konsep kemitraan SPBU Compact hingga SPBU Mikro di lahan terbatas, dengan konsep SPBU kontainer.