Penyebab Elektabilitas Demokrat Terus Melonjak & Stabil

Setidaknya ada 3 penyebab kenapa tren elektabilitas Partai Demokrat sejak kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono terus melonjak dan stabil di posisi dua atau tiga.


Partai Demokrat berada di urutan ketiga terbanyak dipilih responden lembaga survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) dalam hal pemilihan legislatif tingkat DPR-RI. Foto: IST

    JAKARTA- Survei terakhir, dirilis Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) dalam webinar bertema "Sumber Kepemimpinan Nasional: Menuju 2024" pada Sabtu (22/5).

    Hasilnya, Partai Demokrat berada di urutan ketiga dengan tingkat elektabilitas 14,8 persen. Di bawah PDI Perjuangan yang dipilih 19,6 persen responden dan Partai Gerindra 15,03 persen.

    Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan setidaknya ada 3 penyebab kenapa elektabilitas Partai Demokrat yang terus melonjak dan stabil di posisi dua atau tiga, sejak dipimpin AHY.

    "Pertama, publik butuh partai politik yang melakukan kerja-kerja nyata untuk rakyat, bukan hanya sibuk berwacana apalagi sekedar melempar janji yang tidak pernah ditepati," sebut Herzaky, dalam keterangannya Sabtu (22/5).

    Menurutnya, Partai Demokrat sejak era Ketum AHY, tak pernah berhenti bekerja untuk rakyat. Baik di parlemen maupun di grass root.

    "Melakukan apa yang diperlukan dan apa yang kami mampu, untuk menolong rakyat yang sedang kesulitan karena pandemi dan bencana," imbuhnya.

    Ia mencontohkan, program peduli dan berbagi yang secara konsisten dilakukan kader dan anggota legislatif Partai Demokrat di seluruh pelosok Indonesia. Dari sanalah dukungan kemudian mengalir untuk Partai Demokrat.

    "Jadi, jalan yang kami tempuh saat ini, Demokrat Berkoalisi Dengan Rakyat, sudah tepat."

    Kedua, sambung dia publik memberikan dukungannya kepada Partai Demokrat pimpinan AHY untuk memberikan sinyal kepada para oknum kekuasaan dan perusak demokrasi, untuk tidak melakukan abuse of power kepada parpol maupun organisasi politik maupun massa lainnya.

    "Meskipun punya kuasa, bukan berarti oknum kekuasaan bebas berlaku tanpa mempedulikan etika, norma, dan aturan," nilai Herzaky.

    Ia melihat publik menunjukkan, dukungan kepada siapapun yang dizalimi. Termasuk menentang siapapun yg mencoba menggerogoti demokrasi kita.

    Ketiga, Herzaky melihat publik saat ini merasa butuh alternatif baru. Sebagian dari publik merasa kondisi saat ini tidak sesuai dengan harapan mereka, dan butuh tempat meletakkan dan menaruh asa.

    "Aspirasi ini tentunya merupakan kepercayaan yang besar kepada kami. Semoga kami dapat menjaga asa publik ini hingga 2024, dan mendapatkan kembali kepercayaan untuk ikut menata negeri ini di dalam
    pemerintahan," harapnya.

    Di akhir pernyataannya, Herzaky menyampaikan terima kasih atas apresiasi dan atensi publik kepada kami saat ini. Kepercayaan tersebut, menurutmya merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban. "Memotivasi kami untuk terus melanjutkan kerja-kerja nyata di tengah masyarakat," pungkasnya. (*)