Lawan Covid, dr Henry: Vitamin D Tidak Kalah Dengan Vaksin Manapun
Dari sejumlah penelitian, banyak orang Indonesia kekurangan vitamin D. Padahal fungsinya dahsyat untuk kesehatan. Khususnya di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Ketua Vitamin D Society Indonesia dr Henry Suhendra. FOTO: INSTAGRAM/b19doc |
Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Siloam Kebun Jeruk, Jakarta ini bahkan tidak segan menyebut bahwa Vitamin D tidak kalah dengan vaksin mana pun saat ini. Hal itu diutarakan ketika ngobrol di Instagram Live dengan dokter kandungan Dinda Derdameisya.
Bukan asal klaim, dr Henry mengaku mengutip pernyataan salah satu dewa vitamin D yakni dr Michael Holick dari Boston University, Amerika Serikat.
"Dia mengatakan Vitamin D pada November 2020 itu, bisa melindungi terhadap infeksi Covid-19 sampai 70 persen. Jadi tidak kalah dengan vaksin manapun," kata dr Henry, pemilik akun Instagram @b19doc dengan berbincang dengan dr Dinda @tanyadokdin.
Sepak terjang Michael Holick seputar vitamin D juga sempat diulas media massa ternama The New York Times pada 2018 lalu. Di sana, juga sempat diulas bahaya pandemi Vitamin D di seluruh dunia.
Laman ScientificAmerican.com, media berbasis saintifik yang terbit sejak 1875 juga mengulas peran Vitamin D dalam melawan Covid-19, yang terbit Kamis (24/6) lalu. Judulnya: Can Vitamin D Help Protect against COVID?
Dari mana sumber vitamin D bisa diperoleh?
Ada 3, kata dr Henry. Pertama, sinar matahari, makanan dan suplemen. Jika bergantung pada sinar matahari, Vitamin D di dalam darah hanya bisa 'didongkrak' mencapai 40 nanogram per milliliter.
Vitamin D sebanyak itu efektif untuk mencegah penyakit rikets, penyakit tulang lunak pada anak-anak dan juga baik untuk penyembuhan patah tulang.
Ia menyarankan agar Vitamin D bisa optimal antara 80 hingga 100 nanogram per mililiter. Untuk bisa terhindar dari berbagai macam penyakit. Termasuk flu, batuk, jantung, diabetes, kanker dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
"Melawan segala macam bakteri maupun virus yang sekarang lagi marak yaitu Covid-19," sambungnya.
Untuk itu, suplai vitamin D dari matahari saja tidak cukup. Pun demikian dari makanan. "Makan apapun, paling kebutuhan vitamin D anda dicukupi hanya 15 sampai 20 persen. Ujung-ujungnya untuk mencapai nilai optimal 80-100 bahkan di atas 100 itu perlu suplemen," jelas dokter yang masih sehat, kuat dan bugar di usia 66 tahun ini. (MA)